Saya teringat dengan sahabat saya seorang tukang tambal ban yang arif dan bijaksana. Saat ia sedang melayani langganannya yang minta distelkan velg rodanya, ia pun berkata: “Setiap benda yang berputar pada sumbunya pasti membutuhkan bentuk yang seimbang, jika tidak pasti putarannya tidak akan mulus atau menjadi oblag, karena sifat alamiah yang seperti itulah saya mendapatkan rizki saya.”
Sambil mengencangkan baut baut pada jeruji velg sepeda motor yang sedang dikerjakannya, ia pun melanjutkan ujarannya. ” Dengan mengencangkan dan mengendurkan baut pada masing jeruji ini saya sedang berupaya membuat agar velg ini benar benar bulat dan seimbang. Dengan begitu sepeda motor yang dikendarai akan melaju dengan mulus lancar.”
“Kalau mengerjakan ban mobil lain lagi caranya. Velg roda empat jarang sekali ada yang tidak bundar karena berbeda dengan ban motor yang disangga dengan jari jari yang lemah, ban mobil disangga dengan logam yang sangat kuat. Tetapi betapapun demikian belum tentu putarannya seimbang karena ketidak seimbangannya mungkin saja terjadi disebabkan karena kepadatan logamnya yang tidak sama pada masing masing dan setiap sisinya, atau mungkin juga sudah gompal, sehingga cara menyeimbangkannya adalah dengan menempelkan logam timah di salah satu sisinya.”
Seraya menyelesaikan pekerjaannya dengan membersihkan velg dan roda yang sudah kembali dipasang dengan kain lap ia melanjutkan: ” Saya sungguh heran dengan orang orang pintar yang gemar mengeruk gunung dan menimbun lautan menjadi daratan. Saya juga heran kepada mereka yang suka menggundulkan hutan. Terlebih lagi saya juga heran kepada semua orang yang suka menyedot cairan ataupun apa saja dari perut bumi. Bukankah bumi juga benda bulat yang berputar pada porosnya. Jika keseimbangannya berubah pastilah pemilik bumi ini akan menyetel ulang keseimbangan bumi ini seperti saya menyetel velg roda. Entah bagaimana caranya saya tidak tahu persis, mungkin dengan cara didatangkan gempa, banjir, longsor atau letusan gunung berapi. Jika tidak, tanpa balancing yang tepat, bukankah bumi bisa jadi berputar oblag tidak karuan.”
Saya terima teori sahabat saya dengan tanpa mengernyitkan dahi. Teori dengan analogi yang mengena meski bukan dari tinjauan ilmu geologi. Betapapun melesetnya teori tersebut karena hanya dapat dipertanggung jawabkan dari kacamata keilmuan fisika seorang tukang tambal ban, namun makna tersiratnya sangat memberikan inspirasi yang mengajak kita untuk lebih berhati hati dalam mempergauli bumi.