Ternyata semut itu memiliki suara. Ini bisa dibuktikan jika menggunakan perekam suara super sensitif. Gak usah jauh-jauh, telinga kita juga bisa digunakan. Caranya? Hanya jika seekor semut terperangkap masuk kuping!
Ha! Seperti yang pernah saya alami, hampir 10 tahun yang lalu. Tak sengaja seekor semut nylonong masuk kuping, spontan saya panik!
Di tengah kepanikan tersebut, tiba-tiba suara-suara asing mengagetkan saya!
Apa itu? Ah ternyata dari dalam kuping saya sendiri. Karena sumber suara yang sangat dekat dengan organ sensitif penangkapnya nun jauh di rongga telinga alias tepat seperti jika anda memasukan suara anda ke lobang beduk, lalu beduk itu ditabuh, maka suara-suara yang saya dengarpun seperti audio berkualitas ribuan kbps (kilo byyte per second/ ukuran kedalaman suara), jelas, jernih dan sangat dekat…
Seperti itulah!
Suara-suara itu seperti cericit seekor tikus yang panik dalam sergapan kuku-kuku tajam pemangsanya. Seperti itulah! Hanya beberapa detik lalu sepi. Mati mungkin ia.
Dari sana saya mengambil pelajaran bahwa sungguh Tuhan telah menciptakan telinga kita dengan sangat sempurna. seandainya saja tidak ada semacam zat yang dikeluarkan telinga guna melindungi dan mengeluarkan kotoran, mungkin ketika kita tidur, lubang telinga bisa jadi tempat penginapan gratis para serangga!
Hanya beberapa detik, namun fenomena satu itu tak pernah saya lupakan. Kelak mungkin jika teknologi lebih maju selangkah lagi, manusia akan mempelajari bahasa apa yang digunakan oleh semut hingga bisa sedemikian canggih berkomunikasi, membangun peradaban, membangun masyarakat, koloni, mempertahankannya nun jauh di bawah tanah, nun jauh di dalam kegelapan, sampai detik munculnya makhluk yang menyaingi mereka bernama manusia.
Serangga dan perbagai makhluk telah datang silih berganti, akan tetapi masih banyak yang belum kita ungkap dari kecanggihan desain penciptaan mereka. Demikianlah..